Sabtu, 28 Desember 2013
Oh tidakkkkk!!! Aku berubah lagi! Aku menyebalkan lagi! Dan aku bertarung dengan gengsi lagiiii... Ya ini memang sifat burukku 'Menyebalkan saat merasakan sakitnya rindu' Ini seharusnya tak terjadi. Semua memang hanya masalah nyali. Aaaaaa aku benci mengatakan RINDU... Tidak tidak ini bukan benci ini hanya gengsi hahaha. Memang ini lucu-_- Dia? Dia kekasihku, dan mengapa aku malu berkata RINDU? Haha aku memang gila. Tapi mengapa hanya mengatakan kata RINDU itu tak semudah mengetiknya pada keyboard notebookku? Ah ini sepele. Oh maaf.. Maafkan aku sayang sering berubah manjadi menyebalkan akhir-akhir ini, ini semua hanya karna aku belum berani bicara padamu bahwa AKU RINDU PADAMU. Segeralah pulang dan peluk aku (lagi).
Kamis, 24 Oktober 2013
Bahagia?
Bahagia itu ada makanan saat lapar tengah malam..
Bahagia itu saat sampai rumah setelah berpergian..
Bahagia itu tidur tanpa rasa khawatir..
Bahagia itu sentuhan kecil dgn orang yg kita suka dan diperlama beberapa detik..
Bahagia itu mengetahui ada orang yang bahagia karena kita..
Bahagia itu berada di ruangan yang penuh dengan tawa..
Bahagia itu mengobrol hingga tengah malam dengan sahabat..
Bahagia itu menggesekan kaki pada sprei yang dingin..
Bahagia itu berkumpul dengan keluarga..
Bahagia itu bangun pagi saat ingin pergi liburan..
Bahagia itu mengetahui orang yang kita sayang baik-baik saja..
Bahagia itu kamu.
Rabu, 23 Oktober 2013
Sabtu, 19 Oktober 2013
Senin, 10 Juni 2013
Pura-pura(?)
Bukan pertama kalinya saya sakit hati. Bukan juga yang terakhir kali. Tapi setiap sakit hati pasti punya cerita sendiri. Well, kita manusia memang tak akan pernah lepas dari cinta. Dan cinta tak akan pernah lepas dari luka dan bahagia. Memang sudah begitu Tuhan mengaturnya.Sering kali kita munafik dengan diri sendiri, dengan perasaan sendiri, bahkan dengan apa yang sedang terjadi di dalam hati. Apa penyebabnya? Tak lain karena luka di hati. Luka membuat pikiran kita mati. Yang kita inginkan saat itu adalah melupakan orang yang menyakiti kita. Tapi secara bersamaan kita menginginkan dia untuk menyembuhkannya. Itu sebabnya sering kali kita berpura-pura tak membutuhkannya, berpura-pura tak peduli dengannya, berpura-pura baik-baik saja dan bahkan berpura-pura tak mengenalnya.Namun saat berpura-pura, yang kita dapatkan malah beban, bukan keringanan. Pikiranpun malah menjadi kacau tak karuan. Padahal dalam hati kita masih menginginkan. Kenapa kita begitu? Niat kita begitu untuk melindungi hati, juga untuk menarik diri. Tapi salah. Semuanya malah menjadi sia-sia. Dia akan tetap menjalani hidup seperti biasa dan kita menderita. Karena sekeras apapun kita berpura-pura tak menginginkannya, kita akan berakhir dengan membutuhkannya. Untuk menyembuhkan luka. Haha, tak adil ya? Padahal rasa yang kita berikan kepadanya sangatlah besar, tapi tetap terlihat kecil di matanya. Rindu yang kita pendam sudah terlalu dalam, tapi tetap tak punya derajat di hatinya. Tetap berdoa. Tuhan punya rencana. Dan semua itu, bukan cuma kita yang mengalaminnya. Tapi semua orang di dunia.
Kamis, 06 Juni 2013
Goodbye My first love
Selasa, 04 Juni 2013
Rabu, 29 Mei 2013
Kamis, 28 Maret 2013
Sebulan Setelah Kepergianmu
Aku benci pada perpisahan. Entah mengapa dalam peristiwa itu
harus ada yang terluka, sementara yang lainnya bisa saja bahagia ataupun
tertawa. Kamu tertawa dan aku terluka. Kita seperti saling menyakiti, tanpa
tahu apa yang patut dibenci. Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu
apa yang harus dipermasalahkan.
Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar
cinta. Kamu tertawa sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya, atas dasar... entah
harus kusebut apa. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau rumit
itu. Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam telah
menemukan yang baru. Bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud
kesetiaan? Begitu sulitnya aku melupakanmu, dan begitu mudahnya kamu
melupakanku. Inikah caramu menyakiti seseorang yang tak pantas kau lukai(?)
Jam berganti hari, dan semua berputar... tetap berotasi. Aku
jalani hidupku, tentu saja tanpa kamu. Kamu lanjutkan hidupmu, tentu saja
dengan dia. Aku tak menyangka, begitu mudahnya kamu menemukan penganti. Begitu
gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi. Aku hanya ingin tahu isi
otakmu saja, apa kamu tak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam di
hatiku? Atau... mungkin saja kamu tak punya otak? Atau tak punya hati?
Tak banyak hal yang bisa kulakukan, selain mengikhlaskan.
Tak ada hal yang mampu kuperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak
berharap kamu menorehkan luka lagi. Aku hanya berusaha menikmati luka, hingga
aku terbiasa dan akan menganggapnya tak ada. Kepergianmu yang tak beralasan,
kehilangan yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang kunikmati
sakitnya.
Aku mulai suka air mata yang seringkali jatuh untukmu. Aku
mulai menikmati saat-saat napasku sesak ketika mengingatmu. Aku mulai jatuh
cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.
Kamis, 07 Maret 2013
Resensi Novel - Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Dan karena aku sudah berikrar akan selalu menuruti kata-kata dia, maka saat dia mengusap rambutku malam itu sebelum pulang dari toko buku, dan berkata pelan: “Belajarlah yang rajin, Tania!”, aku bersumpah untuk melakukannya.Sumpah yang akan membuat seluruh catatan pendidikanku kelak terlihat bercahaya. Sempurna! -Tania(page 33)
Usiaku menjelang sebelas tahun. Adikku enam tahun. Dan dia dua puluh lima tahun. Aku cemburu. -Tania(page 40)
Aku masih terlalu kecil untuk mengerti perasaanku sendiri. -Tania(page 43)
Ketahuilah… daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya. –Danar(page 63)
“Kamu mungkin lebih cantik, lebih pintar daripada ‘cewek artis’ itu sekarang, Tania. Tetapi lebih cantik dan lebih pintar saja tak cukup untuk menarik perhatian cowok sedewasa dia. Kamu tetap remaja tanggung baginya. Remaja yang menyebalkan.” –Anne (page 124)
Prinsip hidup itu teramat lentur. Prinsip itu akan selalu berubah berdasarkan situasi yang ada di depan kita, disadari atau tidak. (page 144)
Orang-orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang. (page 166)
Dalam urusan perasaan, di mana-mana orang jauh lebih pandai “menulis” dan “bercerita” dibandingkan saat “praktik” sendiri di lapangan. (page 174)
“Kebaikan itu seperti pesawat terbang, Tania. Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garpu tala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat.” –Danar(page 184)
Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. -Dede(page 196)
Senin, 25 Februari 2013
Kisah Seorang Ibu dan Anak
Meskipun begitu, Aku membenci ibuku yang menangis dari satu matanya. Jadi, Aku mengatakan diri ku jikalau aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu bermata-satu aku dan kemiskinan kami.
Anakku,
Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Kamu adalah duniaku.